Minggu, 31 Januari 2010

PRAYAGATI dan ELANG SUTAJAYA pepunden desa PAKUJATI

Sebuah makam kuno terdapat di pemakaman umum desa Pakujati yang berlokasi di dusun karang bawang. Masyarakat pakujati meyakini makam ini sebagai makam keramat, dimana jasad mbah Prayagati dikuburkan. Mbah Prayagati adalah orang pertama yang babad tanah Pakujati. Namun dalam kisahnya, mbah Prayagati dibantu oleh seorang pengikut setianya yaitu Elang sutajaya. Sebuah makam kuno yang lainya juga terdapat di pemakaman Gamprit yang berada di dukuh Krajan masih wilayah desa Pakujati. Konon di makam inilah tempat jasad Elang sutajaya bersemayam.
Pada jaman dulu orang-orang tua selalu rajin berjiarah ke dua lokasi makam keramat ini.
Kadang bukan cuma sekedar berjiarah atau membersihkan dan mempersembahkan sesaji di makam-makam ini, melainkan juga mereka bertirakat dan bertapa sampai berhari-hari di tempat ini.
Namun seiring berjalanya waktu, kegiatan seperti itu sudah mulai berkurang dan nyaris tidak ada lagi.
Apalagi generasi muda sekarang lebih cenderung berfikir rasional, sehingga dengan sendirinya sudah tidak lagi menyentuh segala sesuatu yang bersifat tahayul.
Bahkan tidak sedikit diantaranya yang sama sekali tidak mengetahui adanya makam-makam keramat ini.
Riwayat mbah Prayagati dan Elang sutajaya yang dulu begitu berpengaruh terhadap sugesti pemikiran dan perilaku masyarakat Pakujati, kini hanya tinggal penggalan-penggalan kisah yang tak lagi utuh dan menyentuh pemikiran generasi muda Pakujati.
Adakah dengan begitu lantas Generasi muda Pakujati telah kehilangan figur dan pepunden?
Entahlah..
Namun yang pasti, generasi muda sekarang hidup di jaman yang hanya mengagungkan hukum-hukum negara. Tidak dikenal lagi oleh pemikiran mereka sebuah kearifan lokal yang berupa adat tradisi nenek moyang, yang mana didalamnya penuh dengan rambu-rambu moralitas.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa dampak yang terjadi dari hilangnya nilai-nilai adat tradisi adalah berkembangnya gaya hidup dan pola pikir masyarakat yang miskin akan
norma-norma. Agama yang semestinya mampu menggantikan kedudukan setelah semakin hilangnya adat tradisi pun belum menunjukan efektifitasnya.
Sehingga untuk masalah kebenaran dan ketakutan untuk melanggar norma-norma, orang jaman dulu jauh lebih berkualitas dari anak-anak sekarang yang notabene lebih terdidik dan rasional.
Entahlah..

GLOBAL net' Februari 2010
TANTRA art & gallery karangbawang - PAKUJATI

Sabtu, 30 Januari 2010

Buat orang terkasih

..dalam kebisuanmu,
aku lelaki dengan sekeping hati
yang sarat akan rindu, cinta dan harapan
yang selalu tertuang dalam bait-bait sajak dan puisi
yang kau baca
namun tak pernah terbaca oleh hatimu

Kembara riduku terus mencari-cari
Terentang sayapnya hingga menjulang imajinasi
keindahan yang tersirat pada keayuanmu
Namun cintaku hanya indah di ujung pena
dan di bentangan mimpi-mimpi tak bertepi

Kni aku hanyalah lelaki
dalam dilema reality
mengurung diri dalam semadhi
menyusuri relung-relung hati dalam tanya mengapa..
ya..mengapa ku tak bisa berhenti menyintaimu..?

Budaya cermin kepribadian bangsa

Sebuah bangsa akan dipandang bermartabat apabila budaya yang ditampilkan menunjukan kecerdasanya dan memenuhi unsur-unsur ESTETIKA dan KEMANUSIAAN.
Unsur-unsur inilah yang agaknya tidak lagi nampak di negeri ini.
Estetika dan kemanusiaan seakan telah tergerus oleh arus perubahan jaman yang semakin tak terkendalikan oleh akal fikiran, sehingga euforia kebebasan demokrasi dan globalisasi begitu hiruk pikuk dan tumpang tindih.
Semua mengatasnamakan kebebasan meski harus menginjak-injak adab dan nilai-nilai budaya.
Generasi muda semakin tercerabut dari akar budaya bangsanya sendiri, semakin kehilangan jati diri dan parahnya lagi semakin miskin selera berkesenian.
Virus kengawuran merajalela. Anarkisme menjadi trend baru yang mewarnai pemikiran dan perilaku bangsa ini. Tontonan yang dapat berfungsi sebagai tuntunan semakin langka. Idealisme kian terkikis oleh materialisme.
Sungguh bangsa ini sedang sakit.
Bangsa ini telah terlalu jauh meninggalkan budaya adiluhung.
Dan kini tengah bingung menemukan bentuk dan warna yang sejati, yaitu ESTETIKA KEMANUSIAAN.

Ada apa dengan PAKUJATI..

Deasa Pakujati berada di wilayah kecamatan Paguyangan kabupaten Brebes Jawa tengah. Desa dengan luas wilayah ... dan berpenduduk ... jiwa ini dalam sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.
Selain menjadi daerah penghasil tepung tapioka dan beras, Pakujati juga merupakan sentra peternakan ayam terbesar di wilayah Brebes selatan.

Dinamika keseharian di Pakujati memang begitu nampak. Aktifitas bisnis yang berlangsung dari subuh pagi hingga larut malam menunjukan betapa perekonomian di desa ini sedang menggeliat bangkit. Sektor pertanian dan industri perdagangan merupakan komoditi utama yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga angka pengangguran di desa ini pun relatif sangat rendah.

Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur di Pakujati nampaknya juga terbilang berhasil. Hal ini menandakan bahwa pemerintaha desa telah menunaikan tugas dan kewajibanya dengan baik dan semestinya.
Akses jalan yang menghubungkan antar pedukuhan sudah seluruhnya merupakan jalan aspal.
Jalan-jalan gang juga nampak semakin tertata rapih dengan menggunakan pavling blok.

Jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah sekitarnya, Pakujati memang lebih tampil cantik dan unggul dalam banyak hal, baik laju pertumbuhan perekonomianya, pembangunan desa maupun pendidikan serta kesejahteraan masyarajatnya.
Ditambah lagi dengan tipikal masyarakatnya yang agamis, menjadikan desa ini senantiasa aman dan nyaman.

Salah satu elemen yang turut memberikan kontribusi nyata bagi meningkatnya taraf hidup warga Pakujati adalah para TKI dan TKW.
tidak sedikit warga desa Pakujati yang menjadi pekerja di luar negeri. Tentu saja dengan penghasilan yang lebih besar dibanding bekerja di negeri sendiri selain dapat untuk membantu perekonomian keluarga juga nantinga sangat terbuka peluang usaha bagi mereka setelah pulang kampung.

Namun benarkah dibalik penampilan cantik Pakujati tidak ada permasalahan mendesak yang jika tidak segera ditanggulani maka hal ini akan dapat mengakhibatkan dampak buruk bagi warga masyarakatnya?
Ternyata memang ada..

Sebagaimana yang kita ketahui, Pakujati adalah merupakan sentra peternakan ayam petelur terbesar di wilayah Brebes selatan. Tentu saja hal ini sangat erat kaitanya dengan masalah lingkungan.
Lingkungan yang bersih dan sehat adalah merupakan dambaan setiap orang.
Dimanapun kita tinggal di suatu tempat maka kebersihan dan kesehatan selalu menjadi prioritas utama karena kesehatan bukan hanya penting tetapi juga merupakan harta yang paling berharga. Lebih berharga dari apapun.
Maka oleh sebab itu, menjaga kesehatan jauh lebih baik dan utama ketimbang mengobati ataupun memelihara sarang-sarang penyakit.

Kesadaran seperti inilah rupanya yang masih belum menyentuh hati nurani dan akal sehat para pelaku usaha ternak ayam di Pakujati. Mereka dengan seenaknya sendiri membangun kandang-kandang ayam tanpa mempedulikan jarak idealnya dengan rumah-rumah penduduk.
Masyarakat sendiri pun tampaknya masih belum sampai pada taraf pemikiran yang peduli dan menyadari akan hak-haknya untuk hidup sehat, sehingga bau kotoran ayam yang cukup menyengat dan juga lalat-lalat yang berkeliaran di wilayah hunian warga seolah-olah bukan lagi persoalan. Bukan polusi dan bukan pencemaran lingkungan.


Aparat pemerintah yang semestinya berwenang mengontrol dan mengatur lingkungan hidup juga seakan-akan tidak pernah melihat dan manyadari apa yang sedang dan akan terjadi dengan lingkungan Pakujati seiring semakin maraknya pembangunan kandang-kandang ayam secara semrawut tanpa memperdulikan aturan-aturan hukum.
Aturan hukum yang mengatur tentang jarak ideal antara kandang-kandang ayam dengan hunian warga nampaknya mamang tidak pernah tersosialisasikan dengan baik, sehingga yang terjadi kemudian adalah seorang pengusaha ternak ayam merasa bebas dan sah-sah saja mendirikan kandang-kandang ayam meski jarak dari pemukiman penduduk tidak sesuai ketentuan yang berlaku, bahkan terlalu sangat dekat.

Udara bersih dan sehat menjadi barang langka. Setiap detik kita dipaksa harus menghirup udara yang penuh dengan kuman dan bakteri, bahkan virus.
Disadari atau tidak, lambat laun kitapun akan menuai dampak buruknya. sungguh tragis.

Entah sampai kapan keadaan ini akan terus berlangsung.
Sebetulnya bukan langkah sulit bagi aparat pemerintah untuk mengontrol dan mengatur usaha ternak ayam di Pakujati agar lebih teratur dan tertib tanmpa harus melanggar hak-hak sesama warga.
Warga masyarakat juga sebetulnya berhak mengajukan keberatan apabila hak-haknya untuk hidup sehat merasa telah dilanggar.
Logikanya setiap orang punya hak untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Namun hal ini memerlukan komitmen dan pola pikir yang cerdas/waras demi mewujudkan lingkungan yang bersih, indah, teratur dan sehat.

Sungguh sangat disayangkan ketika semangat membangun desa dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat tidak disertai dengan semangat menciptakan lingkungan yang bersih, masyarakat yang sehat dan sadar hukum serta memiliki cita rasa akan estetika dan etika hidup bersama.

"..tata titi tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi.." tentu bukan sekedar pitutur orang tua yang tanpa makna.
Semoga desaku semakin maju, semakin beradab dan berbudaya...

karangbawang Jan' 2010
By : TANTRA art & gallery karangbawang - PKUJATI

Jumat, 29 Januari 2010